SEMOGA YANG KALIAN CARI ADA DI SINI YAAAA....
BAAROKALLOHU FIIKUM

Sabtu, 17 September 2011

Hukum Jima’ Menghadap dan Membelakangi Kiblat

Hukum Jima’ Menghadap dan Membelakangi Kiblat

Tanya:
Assalamualaikum Wr.Wb.
Ustad kami yang terhormat, saya mau menanyakan hal2 yang sebenarnya bikin saya resah. Begini ustad, saya dulu pernah bertanya kepada seorang ikwah perihal adab hubungan suami istri, saya pernah diberitahu bahwa :
1. Makruh berhubungan suami istri menghadap kiblat atau membelakangi-nya
2. Tidak boleh (maaf) memegang kemaluan istri saat berhubungan suami istri.
Benarkah hal tersebut secara syariah, mohon solusinya, soalnya hal tersebut sangat mengganggu dalam kehidupan saya. Terimakasih banyak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Hartono H [Yanti_sri02@yahoo.com]

Jawab:
Waalaikumussalam warahmatullah.
1. Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا
“Jika kalian mendatangi masuk ke dalam WC, maka janganlah kalian menghadap ke arah kiblat dan jangan pula membelakanginya.” (HR. Al-Bukhari no. 380 dan Muslim no. 388)
Hadits ini di antara dalil yang digunakan oleh para ulama yang melarang buang air menghadap dan membelakangi kiblat. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai sebab larangan ini menjadi 3 pendapat:
1. Sebabnya adalah adanya najis yang keluar.
2. Sebabnya adalah membuka aurat.
3. Kedua sebab ini merupakan sebab larangan di atas.
Dari perbedaan pendapat di atas inilah dan juga perbedaan dalam hal najis tidaknya mani, dibangun perbedaan pendapat dalam masalah jima’ menghadap kiblat.

Bagi yang berpendapat dengan pendapat yang pertama, maka dia membolehkan jima’ menghadap dan membelakangi kiblat karena tidak adanya najis yang keluar.

Sementara bagi yang berpendapat dengan pendapat pertama dan ketiga dan berpendapat akan najisnya mani, maka dia akan melarang jima’ menghadap dan membelakangi kiblat karena adanya najis yang keluar.

Sementara yang berpendapat dengan pendapat kedua maka dia akan melarang jima’ menghadap dan membelakangi kiblat secara mutlak. Bahkan kelazimannya akan melarang mandi atau tidur telanjang menghadap dan membelakangi kiblat, karena adanya amalan memperlihatkan aurat.

Sementara yang berpendapat dengan pendapat ketiga tapi tidak menganggap mani itu najis, maka mereka tetap memperbolehkannya karena kedua sebab itu tidak berkumpul.

Kesimpulannya, ada 2 pendapat dalam masalah hukum jima’ menghadap dan membelakangi kiblat:
Pendapat pertama: Tidak membolehkan. Ini adalah pendapat Ibnu Habib dan sebagian Al-Malikiah.
Pendapat kedua: Boleh jima’ menghadap dan membelakangi kiblat. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad, dan Daud Azh-Zhahiri.
Dan pendapat yang lebih kuat insya Allah pendapat kedua. Hal itu dikarenakan menurut pendapat yang paling kuat: Mani bukanlah najis dan sebab larangan dalam hadits Abu Ayyub di atas adalah karena adanya najis yang keluar, bukan karena terbukanya aurat. Maka tatkala mani bukanlah najis dan tidak ada dalil yang tegas dan shahih melarang dari membuka aurat menghadap dan membelakangi kiblat, maka pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang membolehkan jima’ menghadap dan membelakangi kiblat, dan pendapat inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Al-Mulaqqin rahimahullah dalam Al-I’lam: 1/450. Wallahu a’lam.

2. Adapun menyentuh kemaluan antara suami istri, maka hal itu diperbolehkan berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala yang artinya, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 223)
Dan juga sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang yang dibolehkan dari wanita haid:
اصْنَعُوا كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا النِّكَاحَ
“Perbuatlah segala sesuatu kecuali jima’”. (HR. Muslim no. 455)
Dan ‘segala sesuatu’ di sini mencakup menyentuh kemaluan.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Ahlan Wasahlan di Jakarta

Bismillaah,,,

Alhamdulillaah 10 Juni 2011,,, keluarga kecil Abu Naufal Bayu Arditya Andono bisa berkumpul kembali di Jakarta. Seneng,,, sedih,,, campur aduk kayak gado-gado. Kota yang hampir 4 tahun kami tinggalkan dan sangat kami harapkan bisa menjadi bagian dari penduduknya. Seneng karena bisa deket dengan orangtua *yahh walaupun ngga bisa juga sering-sering ke Depok ke rumah mama*. Seneng bisa beli barang-barang dengan murah meriah *walaupun tetep ngga bisa jajan karena yang dijual di Jakarta racun semua*. Pokoknya senenglah judulnya,,,,

Nah,,, Allah Ta'ala selalu menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan. Ada siang ada malam. Ada basah ada kering. Nah ada seneng ada juga sedihnya,,,
Apaan tuh ???? sedihnya,,, ngga ada lagi waktu untuk sering-sering ketemu cintanya bunda *ayah tentunya*. Loh kok ??? Iya,,, soale,,, jam 5 pagi *abis shubuh* ayah langsung berangkat, padahal masuk kantor jam 8 pagi *hadeeehhh* Ngga ada lagi ketemu ayah disaat makan siang *tau kan Jakarta, jarak 1 kilo juga bisa makan waktu 1 jam kalo macet*. Apalagi kantor ayah jauh aja *rumah di Pd. Kopi, kantor BPK RI di Gatot Subroto, kira-kira..... 25-an km kali yaaa*. Belum lagi pulang kantor jam 4, sampe rumah bisa jam 6 sore. Oooohhhh.... itu kalo ayah bisa ontime pulang kayak PNS-PNS lainnya. Klo ayah,,,, tidak bisa,,,,, berhubung dimutasikan kebagian Setpim (Seketariat Pimpinan)Anggota 1 BPK RI,,, jadi,,, yaaaaaa ayah baru bisa pulang kalo "big bos" udah "mulih".
Waduh,,,, kapan tuh mulihnya ??? yaaaa,,, suka-suka Mr. Anggota 1 donk,,, bisa tenggo, bisa malam. Sungguh,,, bunda merindukan hidup di kota besar di luar Jakarta,,,(smoga bukan termasuk tidak bersyukur ya).
Waktu buat keluarga kurang banget. Belom lagi karena capek dan lelah ayah jadi agak spaneng sama orang yang di rumah. Yaaaa, diakui, orang rumah banyakkan salahnya juga. Bunda juga kadang suka ngerasa kesepian. Lhooo ?? kok bisa ???? kan ada anak-anak, ada yangkung, ada yangti ??? berasa ngga punya temen,,, berasa negatif aja terus,,, tau kenapa ??? mungkinkah karena bunda lain sendiri daripada yang lain kali ya ??? atau bunda tidak mensyukuri nikmat Allah Ta'ala ??? mungkin kali ya ?? bisa jadilah... Banyak sih yang mungkin mungkin kalo mau diterusin, sudah tabiatnya manusia selalu berkeluh kesah. Tapi, yaa... jangan diikuti dong ya... agar supaya Alloh Ta'ala memberikan sesuatu yang lebih baik sebagai gantinya. *tetap masih harus belajar*

Jakartaaaaa,,,, ooohhhh,,, Jakartaaaaa,,, alhamdulillaah....

Terus gimana nih ??? yaaa.... ngga gimana gimana... jalani aja... nikmati... syukuri... mencoba melihat sisi lain kota ini agar lebih lapang menjalani hidup di sini. Terus mengasah pikiran positif dan bersabar dalam menerapkannya. Umur udah mulai banyak berkurang,,, anak udah mau tiga insyaa Alloh,,, ayo dong semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ngga egois, engga keras kepala, engga cengeng, dll dsb. Terus bangkit mencoba menjadi pribadi positif, supaya hidup lebih tentram, anak-anak dalam tarbiyah yang baik. *Semoga kondisi dan lingkungan selalu berada dalam posisi yang kooperatif dengan segala keadaan bunda, aamiin*

Akhir tulisan,,,, Welcome to the club,,,, Jakarta dengan beragam problematikanya yang unik dan menantang,,, Ingat,,, jangan kebawa arus,,, selalu minta perlindungan Alloh Ta'ala selalu dari segala keburukan kota ini.... Selalu dekatkan diri kepada Alloh Ta'ala dalam segala situasi,,,, Semoga masih tersisa cinta dalam hati bunda untuk kota tempat lahir dan besar bunda,,, aamiin,,,,

Yaa Robb,,, berkahilah dan lindungilah keluargaku ini,,, aamiin

Sabtu, 14 Mei 2011

Agar Dapat Melawan Hawa Nafsu

Pertanyaan:

saya orang yang benar benar tidak dapat menahan hawa napsu saya, bagaimana kiat untuk mencegah rasa ingin yang berlebihan tersebut, sebab saya sadar hidup itu singkat tapi saya sudah berusaha mencegah namun tidak kunjung berhasil juga.



Jawaban:


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Sesungguhnya bila kita kembali mempelajari Al-Quran, As-Sunnah, beserta penjelasan para ulama, niscaya kita akan mengetahui berbagai kiat untuk melawan hawa nafsu. Namun sebelum itu, ada yang lebih penting untuk kita ketahui dan tanamkan di relung hati kita yang terdalam. Yaitu kita harus membulatkan tekad untuk menentang hawa nafsu dengan niat yang ikhlas kepada Allah. Hal ini supaya kita tidak maju mundur di dalam menelan pahit dan getirnya mengalahkan hawa nafsu sendiri.


Selanjutnya, kita jangan gampang berputus asa bila kita belum mampu meniggalkan hawa nafsu itu sepenuhnya. Teruslah berupaya dengan tekad hati yang kuat sampai Allah menurunkan kemenangan-Nya.


Jika kita bersungguh-sungguh dalam memusuhi hawa nafsu kita, pasti Allah tak akan menyia-nyiakan usaha kita. Allah berfirman (yang artinya),

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di (jalan) kami, niscaya kami benar-benar akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik”. (Al-’Ankabut:69)



Disini saya akan menyebutkan secara ringkas beberapa kiat di dalam melawan hawa nafsu. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang ingin terbebas dari belenggu hawa nafsu. Adapun kiat-kiat yang saya maksud, sebagai berikut:

1. Hendaknya dia memperkuat rasa takutnya kepada Allah dan selalu mengingat berbagai kengerian siksa Allah diakherat kelak.

2.Hendaknya dia meninggalkan segala sebab yang membuatnya terjatuh kembali kepada hawa nafsu.

3.Hendaknya dia meninggalkan teman bergaul yang tidak baik, supaya dia tidak mudah termakan oleh hawa nafsu. Sebagai gantinya, hendaknya dia bergaul dengan orang-orang shalih yang mengamalkan agama Allah.

4. Hendaknya dia menjauhi tempat-tempat yang dapat menjerumuskannya kepada hawa nafsu dan memperbanyak bersimpuh di dalam rumah Allah (Masjid).

5. Hendaknya dia selalu menyibukkan diri dengan Dzikrullah dan membaca Al-Quran, karena hati yang lalai dari Allah sangat mudah bagi syaithan untuk mendorongnya kepada hawa nafsu.

Wallahu A’lam Bish Shawab.



Al-Ustadz Abdul Mu’thi

Sumber: http://alhujjah.wordpress.com

Posisi Sholat Jama'ah Suami - Istri

Bismillaah,,,

Pertanyaan: Assalamu ‘alaikum. Saya mau tanya, bagaimana shaf shalat bila makmumnya hanya seorang perempuan? Apa tetap harus sejajar dengan Imam sebelah kanan? Dalam hal ini imamnya laki-laki. Terima kasih atas perhatiannya. (08180227*)

Jawaban: Apabila hanya ada seorang laki-laki sebagai imam dan seorang perempuan yang menjadi makmumnya seperti suami-istri maka posisi makmum tepat di belakang imam, bukan di samping kanannya. Berdasarkan hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk jamuan makan yang telah dibuatnya, maka beliau pun memakannya, kemudian beliau bersabda, "Berdirilah kalian karena aku akan shalat bersama kalian!" Anas bin Malik berkata, "Maka aku berdiri menuju tikar yang sudah hitam karena sudah lama dipakai, lalu aku menggosoknya dengan air. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atasnya, sementara aku dan seorang anak yatim berdiri di belakangnya, sedangkan ibuku (Ummu Sulaim) berdiri di belakang kami. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama kami dua raka’at, kemudian beliau pergi." (HR. Al-Bukhariy no.860 dan Muslim no.658)
Wallaahu A’lam.

Sumber: Buletin Al-Wala wal Bara Edisi ke-37 Tahun ke-3 / 19 Agustus 2005 M / 14 Rajab 1426 H