SEMOGA YANG KALIAN CARI ADA DI SINI YAAAA....
BAAROKALLOHU FIIKUM

Minggu, 31 Januari 2010

MAAFKAN BUNDA .....

Bismillaah...



Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un telah berpulang kepada Sang Kholik ujung jari tengah kaki kiri Naufal, Selasa (26/01) sewaktu di rumah teman yang sedang mengadakan aqiqah... Bunda telah lalai menjaga Naufal. Naufal mengalami musibah... kaki Naufal kejepit pintu dan akhirnya ujung jari tengah kaki kirinya "gompal" bagian kukunya, dengan kuku tercabut dari dagingnya, dan darah kental yang ga berhenti keluar sampai temanku Ummu Nadia menutupnya dengan kopi bubuk yang sebelumnya beliau beli dulu di kios bawah -Jazaakillaahu khoir yaa Umm-. Alhamdulillah cuma 1 ujung aja (seukuran kuku).



Rumah teman memang di lantai 2, dan umumnya... rumah sewaan di Jayapura itu terbuat dari kayu untuk yang tingkatnya, lantainya dari papan, nah kaki Naufal terjepit oleh pintu yang merupakan penutup dari tangga, fungsinya bila telah malam atau bila sedang tidak ada tamu yang silaturahmi pintu tsb ditutup dan bisa dijadikan lantai untuk bermain. Itu pintu berat banget, wong diriku kalo mau buka aja harus disundul pake helm.
Sudahlah, qodarulloh wa masyaa 'afa'al, smoga mendapat ganti yang lebih baik daripada musibah ini,,, maafkan bunda ya nak,,,

PENGALAMAN BARU

Bismillaah...

Selasa (26/02) kemarin, diriku dapat pengalaman baru.
Diriku dimintai tolong sama seorang teman untuk masak daging aqiqah untuk putri ke-4 beliau yang bernama 'Aisyah. Bukan cuma masak, tapi juga jadi tukang jagal... ??????.... iya..tulang belulangnya masih pada nyambung satu sama lain... Pengalaman paling keren sih potong ayam... tapi kemarin itu pengalaman super duper buat diriku, walhamdulillaah. Diriku ga nyangka kalo itu kambing masing berbentuk potongan besar badan kambing (3 potongan besar bagian tubuh kambing), untung ga pake kepala... atut ahhhh kolo liat kepalanya kepisah dari badannya... hehehe... untung juga punya golok, biar pun ga tajam, bisalah untuk memisahkan itu tulang belulang menjadi potongan layak makan. Trus berhubung waktunya udah mefet, ada tuh 1 bagian dari pundak sampai leher atas kambingnya diriku ga pake potong lagi, langsung aja diriku cemplungin dalam panci. hehehehehehe... Afwan jiddan yaaaa Umm... Alhamdulillaah masakan mateng tepat waktu dan enak. hehehehe.... Jazaakillahu khoir untuk 2 teman tangguhku... Ummu Yusuf dan Ukhti Indah... Smoga kita bertiga cepet nyusul mengaqiqahkan anak kita.... amiin ya Robb....

Kemaren itu diriku masak gulai kambing 20 liter, sayang banget ga ada pic-nya... yaiyalahhhhh... lagi jumpalitan gitu mana inget mau mengabadikannya... mana rumah juga lagi kayak kapal kecemplung di got.... hahahahaha.... berantakan abis... PLUS bau EMBEk-nya itu, agak lama juga hilang dari hidung...

Jumat, 22 Januari 2010

"TOLONG DIKIRIM BUNDA!"

Bismillaah...

Naufal mau ikut-ikutan nge-blog nih. Dia minta bongkar pasang buatannya difoto terus dikirim ke internet bunda..... hehehehe. Terinspirasi oleh bundanya yang bebetrapa kali foto masakan terus di-upload ke blog. Naufal kreatif juga nih. Tau ga ini apa ?


Katanya ini "senapan mesin besar".... Iya deh nak... ini bunda masukkan hasil karyamu di blognya bunda.... Belajar yang rajin yaaa.... Baarokallohu fiik....

Keutamaan Mendoakan Orang Lain Tanpa Sepengetahuannya

Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ آمَنُو
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Allah Ta’ala berfirman tentang doa Ibrahim -alaihishshalatu wassalam-:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Wahai Rabb kami, beri ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan semua orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 41)
Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nuh -alaihishshalatu wassalam- bahwa beliau berdoa:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Wahai Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke dalam rumahku dalam keadaan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan.” (QS. Nuh: 28)
Dan juga tentang Nabi Muhammad -alaihishshalatu wassalam- dimana beliau diperintahkan dengan ayat:
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:Dari Abu Ad-Darda’
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Dalam riwayat lain dengan lafazh:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Penjelasan ringkas:
Mendoakan sesama muslim tanpa sepengatahuan orangnya termasuk dari sunnah hasanah yang telah diamalkan turun-temurun oleh para Nabi -alaihimushshalatu wassalam- dan juga orang-orang saleh yang mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga merekapun mendoakan saudaranya di dalam doa mereka tatkala mereka mendoakan diri mereka sendiri. Dan ini di antara sebab terbesar tersebarnya kasih sayang dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan kesempuraan iman mereka. Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
Karenanya Allah dan Rasul-Nya memotifasi kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan saudaranya, sampai-sampai Allah Ta’ala mengutus malaikat yang khusus bertugas untuk meng’amin’kan setiap doa seorang muslim untuk saudaranya dan sebagai balasannya malaikat itupun diperintahkan oleh Allah untuk mendoakan orang yang berdoa tersebut. Berhubung doa malaikat adalah mustajabah, maka kita bisa menyatakan bahwa mendoakan sesama muslim tanpa sepengetahuannya termasuk dari doa-doa mustajabah. Karenanya jika dia mendoakan untuk saudaranya -dan tentu saja doa yang sama akan kembali kepadanya- maka potensi dikabulkannya akan lebih besar dibandingkan dia mendoakan untuk dirinya sendiri.
Hanya saja satu batasan yang disebutkan dalam hadits -agar malaikat meng’amin’kan- adalah saudara kita itu tidak mengetahui kalau kita sedang mendoakan kebaikan untuknya. Jika dia mengetahui bahwa dirinya didoakan maka lahiriah hadits menunjukkan malaikat tidak meng’amin’kan, walaupun tetap saja orang yang berdoa mendapatkan keutamaan karena telah mendoakan saudaranya. Hanya saja kita mendoakannya tanpa sepengetahuannya lebih menjaga keikhlasan dan lebih berpengaruh dalam kasih sayang dan kecintaan.
Sebagai tambahan adab-adab berdoa dari dalil-dalil di atas:
1. Jika dia mendoakan orang lain maka hendaknya dia mulai dengan mendoakan dirinya sendiri.
Dari Ubay bin Ka’ab -radhiallahu anhu- dia berkata, “Jika Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- menyebut seseorang lalu mendoakannya, maka beliau mulai dengan mendoakan diri beliau sendiri.” (HR. At-Tirmizi: 5/463) Hanya saja juga telah shahih riwayat bahwa beliau -shallallahu alaihi wasallam- tidak memulai dengan diri beliau sendiri, seperti pada doa beliau untuk Anas, Ibnu Abbas, dan ibunya Abu Hurairah -radhiallahu anhum-. (Lihat Syarh An-Nawawi terhadap Shahih Muslim: 15/144, Fath Al-Bari: 1/218, dan Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmizi: 9/328)
2. Dia mendoakan kedua orang tuanya ketika dia berdoa untuk dirinya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra`: 24)
3. Mendoakan kaum mukminin dan mukminat tatkala mendoakan dirinya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

Oleh Al-Ustadz Abu Muawiah
www.al-atsariyah.com

Minggu, 17 Januari 2010

SAYUR LOMBOK HIJAU


Bismillaah...

Wwwuuuuaaaaahhhhhhh ini sayur pernah diriku makan waktu diriku masih kecil. Mama tercinta pernah bikin sayur yang begini nih, waktu itu Belio masih segar bugar, gagah berani, enerjik penuh vitalitas dalam memasak. loh...loh... koq begitu... ????? yaaahhhh begitulah bunyinya.... hehehe.... (Mamaaaa maafkan nanda yaaa).

Btw... ini resep ketemu ga tau dari mana *gubrrraaaakkk* (maaf yaa kalo yang ngerasa resepnya dicontek). Biasa ngandelin Mbah Gugel. Terus.... niat banget nih ke pasar beli lombok hijau bahasa gaulnya "cabe ijo" tapi yang gede loh yaaa, secara di tukang sayur keliling harga Rp.2000 itu cuma 5 biji. Nah di pasar diriku dapet Rp.2000 setengah kantong plastik yang sedang. Loh kenapa jadi curhat? *blink...blink...* setelah bermalam sekitar 2 malam dalam lemari es.... barulah diriku semangat mengeeluarkannya untuk diolah.

Walhasil... Ayah bilang uenak....uenak.... apalagi dimakan pake lontong terus kuahnya dari kaldu. *biasa juga kali Yah masakan bunda uenak, dalam kamus ayah kan makanan itu cuma ada 2 rasa... enak and enak banget.. hehehehe*

Ini diriku bagi resepnya untuk kalian yang mau coba...

Bahan :
300 gr tempe, dipotong kotak 1/2 cm
250 ml santan dari 1/2 kelapa
500 ml air
12 bh cabe hijau yang besar
10 lonjor kacang panjang, potong 2 cm
6 bh bawang merah, iris tipis
3 siung bawang putih, iris tipis
2 lembar daun salam
3 cm langkuas, dimemarkan
3 butir kemiri, dihaluskan
1 sdt garam
1/2 sdm gula merah
1/2 sdt terasi

cara :
1. rebus air sampai mendidih, masukkan semua bumbu, masak sebentar sampai harum kemudian masukkan tempe, masak sebentar.
2. tambahkan kacang panjang dan cabe hijau, aduk hingga layu, angkat dan sajikan.

cocok banget sama empal goreng, tempe goreng... tapi diriku kemaren dipasangin sama omelet jagung lada hidam and sambel tumis....
walhamdulillaah... nikmatnyooooooooo........

Btw ... afwan jiddan nih... belum bisa upload penampakannya, soalny diriku lagi OL di lapito Ayah yang beberapa hari lalu abis di cuci otaknya... hehehe. Insyaa Alloh secepatnya di upload okuwweeehhhh....

Jumat, 15 Januari 2010

SIAPAKAH SUAMIMU DI SYURGA ?

Saudariku muslimah, tahukah kamu siapa suamimu di surga kelak?(Karenanya sebelum berpikir masalah ini, pikirkan dulu bagaimana caranya masuk surga. Artikel di bawah ini akan menjawab pertanyaan anti. Ini bukan ramalan dan bukan pula tebakan, tapi kepastian (atau minimal suatu prediksi yang insya Allah sangat akurat), yang bersumber dari wahyu dan komentar para ulama terhadapnya. Berikut uraiannya:

Perlu diketahui bahwa keadaan wanita di dunia, tidak lepas dari enam keadaan:
1. Dia meninggal sebelum menikah.
2. Dia meninggal setelah ditalak suaminya dan dia belum sempat menikah lagi sampai meninggal.
3. Dia sudah menikah, hanya saja suaminya tidak masuk bersamanya ke dalam surga, wal’iyadzu billah.
4. Dia meninggal setelah menikah baik suaminya menikah lagi sepeninggalnya maupun tidak (yakni jika dia meninggal terlebih dahulu sebelum suaminya).
5. Suaminya meninggal terlebih dahulu, kemudian dia tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Suaminya meninggal terlebih dahulu, lalu dia menikah lagi setelahnya.


Berikut penjelasan keadaan mereka masing-masing di dalam surga:

* Perlu diketahui bahwa keadaan laki-laki di dunia, juga sama dengan keadaan wanita di dunia: Di antara mereka ada yang meninggal sebelum menikah, di antara mereka ada yang mentalak istrinya kemudian meninggal dan belum sempat menikah lagi, dan di antara mereka ada yang istrinya tidak mengikutinya masuk ke dalam surga. Maka, wanita pada keadaan pertama, kedua, dan ketiga, Allah -’Azza wa Jalla- akan menikahkannya dengan laki-laki dari anak Adam yang juga masuk ke dalam surga tanpa mempunyai istri karena tiga keadaan tadi. Yakni laki-laki yang meninggal sebelum menikah, laki-laki yang berpisah dengan istrinya lalu meninggal sebelum menikah lagi, dan laki-laki yang masuk surga tapi istrinya tidak masuk surga.
Ini berdasarkan keumuman sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits riwayat Muslim no. 2834 dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-:

مَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبٌ

“Tidak ada seorangpun bujangan dalam surga”.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin -rahimahullah- berkata dalam Al-Fatawa jilid 2 no. 177, “Jawabannya terambil dari keumuman firman Allah -Ta’ala-:

وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نُزُلاً مِنْ غَفُوْرٍ رَحِيْمٍ

“Di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Turun dari Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 31)

Dan juga dari firman Allah -Ta’ala-:

وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kalian kekal di dalamnya.” (Az-Zukhruf: 71)


Seorang wanita, jika dia termasuk ke dalam penghuni surga akan tetapi dia belum menikah (di dunia) atau suaminya tidak termasuk ke dalam penghuhi surga, ketika dia masuk ke dalam surga maka di sana ada laki-laki penghuni surga yang belum menikah (di dunia). Mereka -maksud saya adalah laki-laki yang belum menikah (di dunia)-, mereka mempunyai istri-istri dari kalangan bidadari dan mereka juga mempunyai istri-istri dari kalangan wanita dunia jika mereka mau. Demikian pula yang kita katakan perihal wanita jika mereka (masuk ke surga) dalam keadaan tidak bersuami atau dia sudah bersuami di dunia akan tetapi suaminya tidak masuk ke dalam surga. Dia (wanita tersebut), jika dia ingin menikah, maka pasti dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan, berdasarkan keumuman ayat-ayat di atas”.
Dan beliau juga berkata pada no. 178, “Jika dia (wanita tersebut) belum menikah ketika di dunia, maka Allah -Ta’ala- akan menikahkannya dengan (laki-laki) yang dia senangi di surga. Maka, kenikmatan di surga, tidaklah terbatas kepada kaum lelaki, tapi bersifat umum untuk kaum lelaki dan wanita. Dan di antara kenikmatan-kenikmatan tersebut adalah pernikahan”.

* Adapun wanita pada keadaan keempat dan kelima, maka dia akan menjadi istri dari suaminya di dunia.

* Adapun wanita yang menikah lagi setelah suaminya pertamanya meninggal, maka ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ulama -seperti Syaikh Ibnu ‘Ustaimin- berpendapat bahwa wanita tersebut akan dibiarkan memilih suami mana yang dia inginkan.
Ini merupakan pendapat yang cukup kuat, seandainya tidak ada nash tegas dari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- yang menyatakan bahwa seorang wanita itu milik suaminya yang paling terakhir. Beliau -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

اَلْمَرْأَةُ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Wanita itu milik suaminya yang paling terakhir”. (HR. Abu Asy-Syaikh dalam At-Tarikh hal. 270 dari sahabat Abu Darda` dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah: 3/275/1281)

Dan juga berdasarkan ucapan Hudzaifah -radhiyallahu ‘anhu- kepada istri beliau:

إِنْ شِئْتِ أَنْ تَكُوْنِي زَوْجَتِي فِي الْجَنَّةِ فَلاَ تُزَوِّجِي بَعْدِي. فَإِنَّ الْمَرْأَةَ فِي الْجَنَّةِ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا فِي الدُّنْيَا. فَلِذَلِكَ حَرَّمَ اللهُ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ أَنْ يَنْكِحْنَ بَعْدَهُ لِأَنَّهُنَّ أَزْوَاجُهُ فِي الْجَنَّةِ

“Jika kamu mau menjadi istriku di surga, maka janganlah kamu menikah lagi sepeninggalku, karena wanita di surga milik suaminya yang paling terakhir di dunia. Karenanya, Allah mengharamkan para istri Nabi untuk menikah lagi sepeninggal beliau karena mereka adalah istri-istri beliau di surga”. (HR. Al-Baihaqi: 7/69/13199 )

Faidah:

Dalam sholat jenazah, kita mendo’akan kepada mayit wanita:
وَأَبْدِلْهَا زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا
“Dan gantilah untuknya suami yang lebih baik dari suaminya (di dunia)”.

Masalahnya, bagaimana jika wanita tersebut meninggal dalam keadaan belum menikah. Atau kalau dia telah menikah, maka bagaimana mungkin kita mendo’akannya untuk digantikan suami sementara suaminya di dunia, itu juga yang akan menjadi suaminya di surga?

Jawabannya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin -rahimahullah-. Beliau menyatakan, “Kalau wanita itu belum menikah, maka yang diinginkan adalah (suami) yang lebih baik daripada suami yang ditakdirkan untuknya seandainya dia hidup (dan menikah). Adapun kalau wanita tersebut sudah menikah, maka yang diinginkan dengan “suami yang lebih baik dari suaminya” adalah lebih baik dalam hal sifat-sifatnya di dunia (Maksudnya, suaminya sama tapi sifatnya menjadi lebih baik dibandingkan ketika di dunia. Hal ini karena penggantian sesuatu kadang berupa pergantian dzat, sebagaimana misalnya saya menukar kambing dengan keledai. Dan terkadang berupa pergantian sifat-sifat, sebagaimana kalau misalnya saya mengatakan, “Semoga Allah mengganti kekafiran orang ini dengan keimanan”, dan sebagaimana dalam firman Allah -Ta’ala-:

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ

“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Ibrahim: 48)

Bumi (yang kedua) itu juga bumi (yang pertama) akan tetapi yang sudah diratakan, demikian pula langit (yang kedua) itu juga langit (yang pertama) akan tetapi langit yang sudah pecah”. Jawaban beliau dinukil dari risalah Ahwalun Nisa` fil Jannah karya Sulaiman bin Sholih Al-Khurosy.

Al-Ustadz Abu Muawiah
http://www.al-atsariyah.com

BEDA AL-QUR'AN dengan HADITS QUDSY

Tanya:

Bismillah. Apa yg dimaksud dgn hadits qudsy dan apa perbedaannya dgn al-qur’an? Jazakumullahu khoiron
“M. Aziz singkep”

Jawab oleh Al-Ustadz Abu Muawiah:

Hadits qudsi adalah hadits yang disnisbatkan kepada Zat yang quds (suci), yaitu Allah Ta’ala. Yang mana hadits qudsi ini disampaikan kepada kita oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun perbedaan antara dia dengan Al-Qur’an, maka ada beberapa perkara yang disebutkan oleh para ulama. Di antaranya:
1. Lafazh dan makna Al-Qur’an berasal dari Allah, sementara lafazh hadis Qudsi berasal dari Rasulullah–Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam walaupun tentunya maknanya dari Allah.
2. Sanad periwayatan Al-Qur’an secara umum adalah mutawatir, yakni bisa dipastikan keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam-. Berbeda halnya dengan hadits qudsi, karena di antaranya ada yang merupakan hadits shahih, ada yang hasan, ada yang lemah, bahkan ada yang palsu. Jadi keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- belum bisa dipastikan kecuali setelah memeriksa semua sanadnya.
3. Kita berta’abbud (beribadah) kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an, dalam artian satu huruf mendapatkan sepuluh kebaikan. Sedangkan membaca hadits qudsi tidak mendapatkan pahala huruf perhuruf seperti itu.
4. Tidak diperbolehkan membaca hadits qudsi di dalam shalat, bahkan shalatnya batal kalau dia membacanya. Berbeda halnya dengan membaca Al-Qur`an yang merupakan inti dari shalat.
5. Ayat Al-Qur`an jumlahnya kurang lebih 6666 ayat, sementara jumlah hadits qudsi yang shahih tidak sebanyak itu. Abdur Rauf Al-Munawi sendiri dalam kitabnya Al-Ittihafat As-Saniyah bi Al-Ahaditsi Al-Qudsiyah hanya menyebutkan 272 hadits.
Demikian beberapa perbedaan antara keduanya, wallahu Ta’ala a’lam.

WWW.al-atsariyyah.com/

PERBEDAAN ANGAN-ANGAN DAN HARAPAN

Ketika seseorang mengharapkan sesuatu, dia harus mengetahui bahwa harapannya itu akan berkonsekuensi pada tiga hal:
1. Mencintai apa yang ia harapkan.
2. Ia merasa khawatir tidak mendapatkan apa yang ia harapkan.
3. Ia berusaha untuk mendapatkan apa yang diharapkan dengan segala kemampuannya

Ketika seseorang mengharapkan sesuatu, dia harus mengetahui bahwa harapannya itu akan berkonsekuensi pada tiga hal:
1. Mencintai apa yang ia harapkan.
2. Ia merasa khawatir tidak mendapatkan apa yang ia harapkan.
3. Ia berusaha untuk mendapatkan apa yang diharapkan dengan segala kemampuannya.


Harapan yang tidak disertai satupun dari tiga hal di atas maka itu hanya angan-angan belaka. Harapan dan angan-angan adalah dua perkara yang berbeda. Setiap orang yang mengharapkan sesuatu maka pada dirinya akan muncul perasaan takut kehilangan apa yang ia harapkan, akan berusaha menempuh jalan untuk mendapatkan apa yang ia harapkan. Bila takut kehilangan apa yang ia harapkan maka ia akan segera berupaya agar tidak terluputkan dari apa yang ia harapkan.

Dalam Jami’ At-Tirmidzi disebutkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةُ

“Barangsiapa khawatir disergap musuh di waktu sahur, dia akan menghindarkan diri sejak awal malam. Barangsiapa yang berusaha menyelamatkan dirinya sejak awal, ia akan sampai kepada tempat tinggalnya. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, barang dagangan Allah itu adalah surga.”
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberi harapan kepada orang-orang yang mengerjakan amal shalih, demikian pula Ia memberi rasa takut kepada mereka. Maka ketahuilah bahwa harapan dan rasa takut yang bermanfaat adalah yang disertai amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لاَ يُشْرِكُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَا آتَوْا وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُوْنَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (Al-Mukminun: 57-61)

Al-Imam At-Tirmidzi dalam Jami’-nya menyebutkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai ayat ini. Aku berkata: “Apakah mereka adalah orang yang meminum minuman keras, berzina, dan mencuri?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

لاَ يَا بِنْتَ الصِّدِّيْقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِيْنَ يَصُوْمُوْنَ وَيُصَلُّوْنَ وَيَتَصَدَّقُوْنَ، وَيَخَافُوْنَ أَنْ لاَ تُتَقَبَّلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ يُسَارِعُوْنَ فِي الْخَيْرَاتِ

“Tidak wahai putri Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, bersedekah. Namun mereka khawatir kalau amalan yang mereka lakukan itu tidak diterima oleh Allah. Mereka itu orang yang sebenarnya berlomba-lomba berbuat amal kebaikan.”

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebutkan sifat orang-orang yang bahagia dengan ihsan (berbuat baik) yang disertai khauf (khawatir). Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan sifat orang-orang yang sengsara dengan berbuat keburukan yang disertai perasaan aman.

(Diambil dari Ad-Da`u wad Dawa` karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah hal. 46, diterjemahkan oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar)

http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=450

Kamis, 14 Januari 2010

Lakukanlah Hal-hal yang Bermanfaat

BIsmillaah....

Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu bahwasanya beliau berkata:
“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah Subhanahu wa Ta'ala dari seorang hamba adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak berguna bagi dirinya.”

‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata:
“Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari perbuatannya (niscaya) menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang bermanfaat baginya.”

‘Umar bin Qais Al-Mula’i rahimahullahu berkata:
Seseorang melewati Luqman (Al-Hakim) di saat manusia berkerumun di sisinya. Orang tersebut berkata kepada Luqman: “Bukankah engkau dahulu budak bani Fulan?” Luqman menjawab: “Benar.”
Orang itu berkata lagi, “Engkau yang dulu menggembala (ternak) di sekitar gunung ini dan itu?” Luqman menjawab: “Benar.”
Orang itu bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkanmu meraih kedudukan sebagaimana yang aku lihat ini?” Luqman menjawab: “Selalu jujur dalam berucap dan banyak berdiam dari perkara-perkara yang tiada berfaedah bagi diriku.”

Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu bahwasanya beliau berkata:
“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah Subhanahu wa Ta'ala dari seorang hamba adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak berguna bagi dirinya.”

Sahl At-Tustari rahimahullahu berkata:
“Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya niscaya diharamkan baginya kejujuran.”

Ma’ruf rahimahullahu berkata: “Pembicaraan seorang hamba tentang masalah-masalah yang tidak ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala (untuknya).”

(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294)
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=588

Nikmatnya Anggota Tubuh

--------------------------------------------------------------------------------
Dengan nikmat-Nya, Allah menjadikan setiap bagian pada diri anak Adam sebagai alat untuk suatu kegiatan, yang jika dipergunakan menurut, kegunaannya, maka itulah kesempurnaannya. Mata sebagai alat untuk melihat, telinga sebagai alat untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk berbicara, kemaluan untuk pernikahan, tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan, hati untuk ma'rifat dan tauhid, ruh untuk cinta, akal untuk berfikir dan mempertimbangkan akibat diri segala urusan baik agama maupun keduniawian, mementingkan apa yang harus dipentingkan dan meremehkan maka yang harus diremehkan
Orang yang paling merugi adalah orang yang paling sibuk dengan urusan diri sendiri dan melalaikan Allah. Dan yang lebih merugi ialah orang yang sibuk dengan urusan manusia dan melalaikan diri sendiri. Di dalam As-Sunnah disebutkan dari hadits Abu Said Al-Khudry, dia memarfu'kannya : "Jika anak Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota tubuhnya tunduk kepada lidah serasa berkata, "Bertaqwalah kepada Allah karena kami bergantung padamu. Jika engkau lurus, kamipun ikut lurus dan jika engkau bengkok, maka kamipun ikut bengkok". (Tolong lihat kenmbali Farwaidul Farwaid Bab XI//Sub Bab Tentang Hikmah Allah Pada Anggota Tubuh Manusia).

Allah mempunyai perintah, larangan, nikmat, kenikmatan dan manfaat dalam setiap anggota tubuh manusia.. Jika dia menjalankan semua anggota tubuh berdasarkan perintah-Nya, menjauhkannya diri Iarangan-Nya, berarti ia telah mensyukuri nikmat Allah yang dilimpahkan kepadanya dan berusaha menyempurnakan pemanfaatannya.. Jika dia mengabaikan perintah Allah dan larangan-Nya yang berkaitan dengan anggota tubuh itu, berarti ia telah mengabaikan pemanfaatannya, yang bisa menjadi sebab penderitaan dan mudaratnya. (Idem/Sub Bab tentang : Kewajiban Anggota Tubuh).

Berfirman Allah dalam Al Qur'an :
"Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua bibir." (QS. Al-Balad : 8-9)

Tubuh dengan segala atributnya merupakan sekian diri nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.. Oleh karena itu, kita wajib mensyukuri semua itu dengan cara :
1 . Mengakui dalam hati bahwa Allah satu-satunya pemberi nikmat.
2. Memuji Allah melalui lisan kita.
3. Menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang diperintahkan dan diridhoi Allah serta meninggalkan hal-hal yang dilarang din dimurkai-Nya).
(Lihat Mukhtasor Minhajul Qosidin hal.535)

AI-Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata : "Sesungguhnya Allah Subhanahu waTa’ala tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia atau dibiarkan begitu saja.. Ia menjadikan mereka dimuka bumi ini untuk menjalankan tugas dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.. Ia mewajibkan mereka untuk memahami hal yang dibimbing-Nya (Shirotol Mustaqim) baik secara garis besar maupun terperinci. Allah membagi para makhluk-Nya menjadi dua golongan, yakni orang yang sengsara dan orang yang bahagia.. Masing¬-masing golongan diberi-Nya tempat menetap (neraka jahannarn dan surga yang penuh kenikmatan). Allah anugerahkan pada mereka organ-organ tubuh untuk menerima ilmu dan beramal, berupa hati, telinga, mata dan anggota tubuh lainnya sebagai suatu nikmat dan keutamaan dari-Nya. Barang siapa menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk taat kepada-¬Nya dan untuk berjalan menempuh ma'rifat-Nya sesuai dengan yang Allah tunjukkan dan ia tidak menginginkan jalan yang bengkok, maka ia berarti telah menjalankan syukur atas nikmat-nikmat yang diterimanya. Sebaliknya barang siapa menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk kepuasan pribadi dan syahwatnya serta tidak memperhatikan hak pencipta-¬Nya, maka ia menjadi orang yang rugi ketika ia ditanya akan segala nikmat yang diterimanya dan sedih selama-larnanya. Sesungguhnya semua pasti akin dihisab, sebagaimana firman Allah :
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan ditanya (dimintai pertanggungan jawabnya)". (QS. AI-Israa: 36)
(Mawaridul Aman hal 30 atau lkhtsatul Lahafan Muqoddimah)

Termasuk juga nikmat anggota tubuh yang patut disyukuri dan juga kita jaga adalah kepala dan perut, sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas'ud yang marfu' : "Malu terhadap Allah adalah menjaga kepala dan apa yang ia muat dan menjaga perut dan apa yang dihimpun".
(Hasan Lighoirihi lihat Al-lqodh hal 174 din Al-Haya' hal 8)

Menjaga kepala dan apa yang dia muat termasuk didalamnya menjaga pendengaran, penglihatan dan lisan dari perkara-perkara yang haram. Menjaga perut dan apa yang is kandung, termasuk didalamnya menjaga hati dari terus-menerus diatas apa yang diharamkan oleh Allah.
Allah sebagai pencipta adalah Yang Maha Mampu menjaga ciptaan-Nya. Adapun penjagaan Allah terhadap hamba-Nya di dunia adalah dengan menjaga maslahat-maslahatnya, menjaga badannya, anak-anaknya, keluarga dan hartanya.
Allah berfirman :
"Dan ayahnya adalah seorang yang sholih". (QS. AI-Kalhfi : 82)

Al-Hafidh Ibnu Katsier berkata : "Padanya ada dalil yang menunjukkan bahwa seorang yang sholih akan menjaga dan memperhatikan keturunannya. Dan berkah ibadahnya akan mengenai mereka di dunia dan di akherat".

Orang yang menjaga Allah di masa mudanya dan ketika kuatnya, niscaya Allah akin menjaganya ketika tua din lemanhnya. Diantara para ulama ada yang berumur lebih diri 100 tahun, tetapi dia masih kuat dan cerdas. Dan dia pernah melompat dengan hebat pada suatuu hari, maka orang-orang menyalahkannya karena perbuatan tersebut. Maka ia berkata : "Ini adalah anggota tubuh yang kami jaga dari maksiat ketika kecil, maka Allah menjaganya ketika tua".
"Ya Allah sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari kejahatan telingaku, dari kejatan mataku, dari kejelekan lisanku, dari kejahatan hatiku dan dari kejahatan maniku". (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i din Ahmad).
Allahu A'lamu bisshowab.

Buletin Dakwah Al Atsari, Cileungsi XII/1419 H

Minggu, 10 Januari 2010

DZIKIR DAN DO'A

بسم الله الرحمن الرحيم


Allah Ta’ala berfirman:

“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepadaKu, serta jangan ingkar (pada nikmatKu)”. (Al-Baqarah, 2:152).

“Hai, orang-orang yang beriman, berdzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut namaNya)”. (Al-Ahzaab, 33:42).

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung”. (Al-Ahzaab, 33:35).

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaanNya), serta tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (Al-A’raaf, 7:205).

Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

((مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ)).

Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati. [HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari 11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:
“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk dzikir, laksana orang hidup dengan yang mati”. (Shahih Muslim 1/539)]

((أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ

مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُ

مْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ

أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ))؟ قَالُوْا بَلَى. قَالَ: ((ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى)).

“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau (wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi”. [HR. At-Tirmidzi 5/459, Ibnu Majah 2/1245. Lihat pula Shahih Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/316.]

Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: ((أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَ

ا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُ

هُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ

مَلأٍخَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ

ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً)).

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”. [HR. Al-Bukhari 8/171 dan Muslim 4/2061. Lafazh hadits ini riwayat Al-Bukhari.]

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً

قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ اْلإِسْلاَمِ قَدْ

كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: ((لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ)).

Dari Abdullah bin Busr Radhiallahu’anhu, dia berkata: Bahwa ada seorang lelaki berkata: “Wahai, Rasulullah! Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu, beritahulah aku sesuatu buat pegangan”. Beliau bersabda: “Tidak hentinya lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya).” [HR. At-Tirmidzi 5/458, Ibnu Majah 2/1246, lihat pula dalam Shahih At-Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/317.]

Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

((مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ

: {الـم}

حَرْفٌ؛ وَلَـكِنْ: أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ،

وَمِيْمٌ حَرْفٌ)).

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi 5/175. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/9 dan Shahih Jaami’ush Shaghiir 5/340.]

وَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ: ((أَيُّكُمْ

يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى

الْعَقِيْقِ فَيَأْتِيْ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟ )) فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: ((أَفَلاَ يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ

فَيَعْلَمَ، أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ،

وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ)).

Dari Uqbah bin Amir Radhiallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam keluar, sedang kami di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda: “Siapakah di antara kamu yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus sanak?” Kami (yang hadir) berkata: “Ya kami senang, wahai Rasulullah!” Lalu beliau bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak berangkat pagi ke masjid, lalu memahami atau membaca dua ayat Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.” [HR. Muslim 1/553.]

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

((مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ

مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ)).

“Barangsiapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari Allah.” [HR. Abu Dawud 4/264; Shahihul Jaami’ 5/342.]

((مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ)).

“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabinya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki bisa menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mereka.” [Shahih At-Tirmidzi 3/140.]

((مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ

اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً)).

“Setiap kaum yang berdiri dari suatu ,, yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kiamat).”[HR. Abu Dawud 4/264, Ahmad 2/389 dan Shahihul Jami’ 5/176.]
—————————————
(Dikutip dari kitab Hisnul Muslim, Kumpulan Doa dan Dzikir Dari Al-Qur’an Dan As-Sunnah, Karya Said bin Ali Al-Qathani, diterjemahkan oleh Al-Akh Abu Muhammad Abdur Rahman, Murid As-Syaikh Kholid Az-Zufairi Hafidhohullah, Kuwait)
Al Akh Abu Muhammad Abdur Rahman, murid asy Syaikh Kholid Az Zufairi hafidhohullah, Kuwait

KWETIAU GORENG "AWWAWW"

Pagi hari disaat liburan begini nih... Ayah main futsal. Biasanya sih main futsal di pantai dan Naufal ikut, jadi Bunda bisa senam. Tapi berhubung sekarang ayah main futsal dilapangan futsal beneran... jadi Naufal ga bisa ikut, kalo Naufal ga ikut... berarti acara senam bunda agak-agak berat karena keikutsertaannya yang keseringan bikin ribet. (Hehehe... alasan ajah nih). Akhirnya diriku terinspirasi bikin sarapan aja deh... (halah itu mah tugas kaleee) dan menunya..... kwetiau goreng yang rasanya awwaww uena'e re'....
coba deh... bahannya simpel, ngerjainnya juga ngga ribet, pas matenggggg... habisnya juga cepet... :-)



BAHAN-BAHAN :
250 GR kwetiau kering
3 batang sawi hijau, iris
4 lembar kol, iris
2 batang daun bawang, iris
2 batang daun seledri, iris
1 potong dada ayang tanpa kulit, iris tipis
2 butir telur ayam, kocok lepas
1 juring paprika merah, iris tipis (berhubung di Jayapura mahal booo, jadi ngirit nih pakenya)
1 buah cabe merah besar, iris serong tipis
1 buah bawang bombang, iris tipis
3 sdm kecap manis
2 sdm kecap asin
garam secukupnya
penyedap rasa (kalo mau)
5 sdm minyak zaitun untuk menumis (minyak goreng juga boleh)

BAHAN YANG DIHALUSKAN :
2 siung bawang merah (ga pake juga boleh, khan udah pake bawang bombay)
4 siung bawang putih
1/2 sdt merica hitam

CARA MEMBUAT :
1. Masak kwetiau dengan air mendidih sampai lunak. Angkat, tiriskan, masukkan dalam mangkok besar. Masukkan 2 sdm minyak zaitun kedalam kwetiau aduk rata agar kwetiau tidak menempel satu sama lainnya. Kemudian masukkan kecap asin dan kecap manis. sisihkan
2. Tumis bumbu halus sampai harum, masukkan bawang bombay kemudian masukkan irisan dada ayam, tumis sampai berubah warna, masukkan telur aduk rata. Setelah telur matang masukkan cabe merah, paprika dan sayuran bubuhi garam dan bumbu penyedap, tumis sampai matang. Terakhir masukkan kwetiau, aduk rata.
3. Angkat dan sajikan

untuk 5 porsi (2 porsi ayah, 2 porsi Naufal, 1 porsi bunda hehehe)

Kamis, 07 Januari 2010

Agar Rukun Berumah Tangga

Temans... tanya - jawab ini diriku dapat dari hasil download-an milis an-nashihah, pertanyaan dari ikhwah anggota milis dan yang menjawab adalah Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi dari Makassar. Ini diriku ambilkan tentang suami-istri nih.... buat ngingetin diriku juga dan semoga bisa juga ngingetin diri kalian.

TANYA :

From: IK (inisial)
To: nashihah@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, January 27, 2009 5:55:12 PM
Subject: [nashihah] Mohon Nasihat Agar Rukun Berumah Tangga

Assalamuʼalaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Ustadz Abu Muhammad Hafizhokumulloh,
Mohon nasihat, ada ikhwan yang baru nikah 3 bulan, sekarang ia tidak bertegur sapa dengan istrinya sudah seminggu.
Permasalahan yang disampaikan dari Istrinya kepada istri ana, karena masakannya nggak enak. Sehingga ikhwan ini
kelihatan malas dan beberapa jadwal ta'lim pun tidak menghadirinya.

Jazaakumullohu khoiron katsiro.


JAWAB :

Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Al-Akh Iwan Kusnawan -semoga selalu dalam bimbingan dan cahaya-Nya-, ada beberapa hal yang mungkin kita saling bernasehat dengannya:

Pertama, Masalah yang terjadi antara sepasang suami-istri kadang tergolong masalah riskan yang kita harus berhati-hati dalam menyikapinya. Karena kalau kita salah dalam memberi solusi atau dalam menyampaikannya maka kadang akan membuat jalinan benang semakin kusut.


Dua, Tidak semua masalah yang kita dengar pasangan suami-istri harus kita tanggapi. Bahkan seharusnya, ana menyarankan sang istri untuk lebih banyak bersabar. Memang demikian liku-liku berumah tangga, dan perahu tidak selamanya berlayar di atas samudra yang tenang tanpa ada ombak maupun badai.

Tiga, Yang banyak memicu terjadinya masalah dalam rumah tangga adalah sikap merasa sempurna dan tidak ada kekurangan. Padahal semua manusia ada kekurangan, karena itu butuh saling pengertian dan kedewasaan dalam memahami, memperbaiki dan menyempurkan kekurangan pasangan hidup yang Allah telah pilih untuk kita. Allah telah mengingatkan,
"Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (An-Nisa`: 19)
Dan Nabi shollallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Sesungguhnya manusia itu seperti seratus onta. Hampir seseorang tidak menemukan tunggangan yang cocok darinya." (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
Dari keindahan fiqih Imam Muslim, beliau membawakan riwayat di atas pada akhir bab keutamaan para shohabat. Beliau ingin menjelaskan bahwa manusia itu punya kelebihan masing-masing dan ada kekurangan.

Empat, Masalah sang suami jarang taklim tidak boleh dikaitkan dengan masalah keluarganya. Kalau kita melihat saudara kita jarang menghadiri taklim, maka hendaknya kita menasehatinya dengan cara yang baik dan wejangan yang membawa manfaat untuknya. Wallahu A'lam.


Ditulis oleh
Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi
Malam Kamis, 3 Shofar 1430H

Sumber : Kumpulan Pertanyaan Milis nashihah@yahoogroups.com

JAMA'AH SHOLAT WANITA

Bismillaah...

Banyak sebenarnya pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul di download-an kumpulan pertanyaan milis an-nashihah. Bingung juga malh-milihnya. Pengennya sih semua di taro di sini... Saat ini, dikit-dikit dulu deh yaaa...

TANYA :

Dari: Olfah...
Kepada: nashihah-owner@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 3 Januari, 2009, 3:00 PM

Bagaimana cara sholat berjama'ah sesama wanita?
Apa benar posisi imam wanita sama dengan imam laki-laki? Dan apa sah sholat di belakangnya?


JAWAB :

Bismillahirrahmanirrahiim,

Shalat jama'ah sesama wanita, tidak berbeda dengan shalat jama'ah laki-laki (dalam meluruskan shaf, menyeimbangkannya, dst). Hanya saja imam pada shalat jamaah wanita berdiri ditengah-tengah jamaah wanita tersebut, berdasarkan atsar Aisyah yang diriwayatkan dari beberapa jalan periwayatan, dan juga dikuatkan dengan atsar Ummi Salamah, radhiallahu 'anhuma.

Sedangkan shalat dibelakang imam laki-laki (shalat jamaah) sah berdasarkan hadits Ummu Salamah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari. Dan jika wanita itu sendiri, maka dia shalat dibelakang imam (laki-laki) sebagai shaf sendiri.

Jika imam laki-laki tersebut sorang ajnabi (bukan mahram) -wallahu a'lam bish-shawab- di makruhkan seorang wanita shalat bersamanya, berdua-an, bahkan sebagian ulama menghukuminya haram.

Dari kumpulan pertanyaan milis nashihah@yahoogroups.com

Akhirnya......... :)


Bismillaahirrohmanirrohiim....

Alhamdulillaah berhasil juga bikin ini blog... hehehe...

Terinspirasi dari blog seorang bunda yang bagi diriku blio jago banget masak, makanya diriku sering banget mampir ke blognya buat nyontek resep masakan, hihihihi...., soalnya resep-resepnya itu alhamdulillaah cocok dilidahku juga keluarga kecilku. Tapiiiiiiiii....... baru 3 hari lalu diriku tau bahwa yang empunya blog "Bundanya Zidan & Syifa" ternyata sudah pulang ke rahmatulloh tahun 2006. Sempet kaget juga sebentar. Terus diriku jadi penasaran dengan isi blognya. Dari yang awalnya cuma buka resep yang dicari, akhirnya jadi buka-buka cerita keseharian mereka.

Astaghfirulloh... diriku kembali diingatkan bahwa umur kita itu ditangan Alloh Ta'ala, kita ga tau kapan kontrak kita di dunia ini habis. Dan kematian.... adalah perkara yang pasti akan menjemput manusia. Tidak ada seorangpun yang bisa mengelak darinya. Alloh Ta'ala berfirman "Setiap jiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Ali Imron : 185)

Dan blog ini... diriku mengharapkan pahala dari Ar-Rahman dari ilmu yang bermanfaat yang akan selalu terus mengikuti diriku hingga alam kubur diriku kelakAmiin yaa Robbal 'alamiin. Dari Abu Hurairoh Rodhiallohu 'Anhu, Rosululloh Sholallohu 'alaihi wasallam bersabda "Jika seseorang meninggal, terputuslah amalannya kecuali tiga : 'shodaqoh yang terus mengalir pahalanya, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo'akannya." (HR. Muslim)


Semoga apa yang terdapat di dalam blog ini merupakan amalan sholeh yang mampu diriku usahakan bagi akhirat diriku kelak.
Amiin yaa Robb...